Kamis, 25 Oktober 2012

Misteri Jagad Raya Dan Terompet Sangkakala


Teori terompet sangkakala dikemukakan oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof.Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi jagad raya yang menemukan bahwa jagad raya tidak berbentuk bundar. Melainkan berbentuk kerucut atau lebih mirip sebuah terompet sangkakala. Benarkah?

Terompet Sangkakala Berada Di Jagad Raya?

Beberapa teori tentang jagad raya pernah dirilis beberapa ilmuan sebelumnya. Tetapi teori tanduk (lebih mirip terompet tanduk) yang dikemukakan Prof.Frank Steiner sempat menjadi perbincangan para ilmuwan seperti yang diberitakan Guardian tahun 2004.
Gambaran radiasi awal pernah dibuat NASA menggunakan Wilkinson Microwave Anisotropy Prob tahun 2003, dan terbukti telah membantu beberapa misteri tentang sejarah waktu, ruang dan segala yang berkaitan dengan jagad raya. Jagad raya tercipta sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Proporsi alam semesta terdiri dari 4% materi, materi yang tidak terdeteksi 23% dan 73% adalah energi misterius.
WMAP NASA, Prof. Frank Steiner
Gambaran WMAP NASA
Einstein pernah menyebutkan tentang jagad raya yang melengkung atau berbentuk pelana. Beberapa ilmuan menganggap jagad raya berbentuk donat. Tahun 2003, tim asal New York berspekulasi bahwa alam semestamungkin berukuran kecil tapi seperti tanpa henti mengikuti set dodecahedrons atau bola, sehingga perjalananjagad raya dalam satu arah akan kembali lagi ke Bumi (seperti mengelilingi dunia, berbentuk terompet sangkakala).

Teori Frank Steiner Tentang Terompet Sangkakala

Prof.Frank Steiner dan team menggunakan peralatan milik NASA yang disebut Wilkinson Microwave Anisotropy Prob (WMAP). Pada bagian ujung belakang alam semesta (jagad raya) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).
WMAP NASA, Prof. Frank Steiner, terompet sangkakala
Kesimpulan Prof. Frank Steiner
Dalam hadits (Islam) pernah disebutkan bahwa terompet sangkakala Isrofil berbentuk seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi.
Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri. (Alquran Surah An Naml: 87)
Dan jagad raya masih menjadi misteri walaupun Prof.Frank Steiner mengemukakan teori terompet bertanduk (banyak orang menganggapnya sebagai terompet sangkakala), tapi saat ini belum ada seorangpun yang pernah mengelilingi alam semesta apalagi melihatnya sebagai terompet sangkakala.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Sudah Benarkah Cinta kita kepada Rosulullah S.A.W..

Ingat kepada Rosulullah tetapi tidak cinta dan tidak mengikuti sunahnya adalah sia-sia. Jika kecintaan kepada Rosulullah sudah meresap kedalam darah daging, pastinya setiap gerak gerik sesorang pasti akan senatiasa dibanyangi gerak gerik Rosulullah S.A.W.

Ingat kepada Rosulullah tetapi tidak ada rasa cinta kepada Beliau dan tidak diikuti perbuatan yang sesuai dengan sunahnya, bahkan tidak merasa bertanggung jawab menjaga syariat dan ajarannya adalah ingatan yang sia-sia.

***

Setia hari banya ilmuan Islam yang cerdik dan pandai mengkaji sirah Rosulullah S.A.W. sehingga menghasilkan bebrapa resolusi penting untuk masa depan umat. Seiring dengan usaha yang mulia itu banyak perubahan positif yang berhasil mendewasakan umat akan tetapi tidak mungkin menutup mata terhadap penyalewengan yang di lakukan secara terang-terangan oleh generasi Islam di abad modern dan canggih ini.

Mereka lahir 1.500 tahun selepas wafatnya Baginda Salallahu'alaihi Wasalam, dengan diasah oleh kebudayaan yang lahir selepas jatuhnya Islam yang mangakibatkan lunturnya semangat Islam pada generasi Islam di masa sekarang ini.

Yang pertama adalah mereka yang meninggalkan pegengan agama dalam kehidupan, dan condong kepada kebudayaan Timur atau Barat dan mengikuti pemahaman buatan manusia tananpa mengambil sesuilpun prinsip Rosulullah S.A.W.

Lapisan yang kedua adalah yang menolak semua selain Islam dan sayangnya interpretasi mereka mengenai Islam terlalu kolot dan tidak berkompromi. Sering mentafsirkan prinsip agama secara tekstual, tidak memahami tempat dan suasan yang memerlukan pendekatan  berbeda dalam mengaplikasikan syariat.

Lapisan ketiga adalah umat sederhana yang dalam bahasa Al-Qur'an di sebut " Ummatan Wasathan", umat pertengahan yang menerima konsep teknis baru diluar Islam dan berpegang pada tali kukuh pegangan ahli sunnah wal jamaah.

Umat yang memandang ke Timur atau ke Barat dan tempat kemana saja tempat segala kebaikan dapat dimanfaatkan untuk kejayaan agama Allah. mereka senantiasa berfikir apakah sumbangan yang dapat di beri untuk Islam supaya perjuangan Rosulullah dapat disambung sehingga tiada yang lebih tinggi selain kalimat Allah S.W.T.

siapakah yang mampu menggantikan Hamzah di sisi Baginda SAW yang setia membela Islam hingga dadanya terkoyak, tercabut jantungnya dan di kunyah-kunyah darah daging kecintaan Nabi itu? ketika ingak kepada Rosulullah bertanyalah pada diri sendiri dimanakah kita ketika dakwah Rosulullah menagih janji penolongnya?


Kisah Masuk Islamnya Umar Bin Khattab R.A.


Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian beliau terus membaca :
طه
Hingga ayat :
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
Kisah masuk islamnya Umar bin Khattab, saya baca ketika saya kelas 1 SMP. Ketika itu, saya sedang iseng, dan main ke perpustakaan sekolah. Saya mendapatkan salah satu buku tipis.. tentang Umar bin Khattab san saya membacanya lembar demi lembar. Pada bagian ini sungguh saya merasa sangat tergugah… sehingga tampak terasa saya sempat meneteskan air mata.. Kenapa ? Saya pun tidak tahu sebabnya. Karena saya kesulitan mencari buku itu, tepatnya saya lupa, maka saya cuplikan tulisan di atas dari salah satu situs di (terimakasih pada penulisnya) :

http://rinalbella-rinal.blogspot.com/2009/09/kisah-masuk-islam-nya-umar-bin-khattab.html

Jumat, 19 Oktober 2012

Kisah Rosulullah s.a.w. dan Pengemis Yahudi Buta

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah, ada seorang pengemis Yahudi Buta yang selalu berkata, " Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan di pengaruhinya".

Setiap pagi, Rasulullah selalu medatanginya dengan membawa makanan dan menyuapinya tanpa berkata apapun kepada pengemis buta itu, meskipun selama Rosulullah menyuapi pengemis buta itu, Beliau melakukan hal tersebut hingga beliau wafat. Meskipun selama Beliau menyuapi pengeis itu dia selalu mengajak untuk jangan mendekati orang yang benama Muhammad. Setelah Rosulullah wafat tidak ada lagi yang membawakan makanan kepada pengemis buta itu.

Pada suatu hari Abu Bakar mengunjungi putrinyan, Aisyah. Beliau bertanya kepada putrinya, "anakku, adakah sunah kekasihku yang belum aku kerjakan?".

Aisyah menjawab pertanyaan Ayahnya, " Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunah, hampir tidak ada satu sunah pun yang tidak engkau lakukan kecuali satu sunah saja".

"Apakah itu?", tanya ayahnya.

" Setiap pagi Rosulullah s.a.w. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis yahudi butayang berada di sana", kata Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pesar dengan membawa makanan untuk di berikan kepada pengemis itu.

Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis itu marah sambil berteriak, " Siapa kamu?".

Abu Bakar menjawab, " Aku orang yang biasa".

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tetapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu diberikannya kepadaku dengan tangannya sendiri," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Dan Abu Bakar pun tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, " Akumemang bukan orang yang biasa datang kepadamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rosulullah s.a.w.

Setelah pengemis itu mendengar cerita dari Abu Bakar ia pun menangis dan kemudian berkata, " Benarkah demikian? selama ini aku selalu menghinannya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia." Pengemis yahudi buta itu akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar.

berusaha ikhlas


Dalam setiap melakukan segala sesuatu tidak akan ada gunanya apabila tidak di landasi rasa ikhlas di dalam hati, selain itu ikhal adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan hati agar selalu memiliki tujuan kepada Allah. Selain itu Allah juga memandang drajat seseorang selain karena akhlaqnya juga karena keikhlaan hatinya dalam beribadah dan tanpa adanya rasa ikhlas di hati maka hati ini akan terasa hampa.
Agar kita dapat ikhlas dari dalam hati maka terlebih dahulu kita harus tau apa itu "ikhla"?, dan di bawah ini adalah uraian singkat tentang pengertian iklas. . .

***
          Allah akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlasan sebagian orang dari umat ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.[1]
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan, di samping amalan tersebut harus sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa ikhlas, amalan jadi sia-sia belaka. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa-id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas, “Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”
Perintah untuk Ikhlas
Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.[2]
Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui”." (QS. Ali Imran: 29)
Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ –yang merupakan lawan dari ikhlas- dalam firman-Nya,
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.[3] An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.”[4]
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang menutut  ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti.[5]
Pengertian Ikhlas Menurut Para Ulama
Para ulama menjelaskan ikhlas dengan beberapa pengertian, namun sebenarnya hakikatnya sama. Berikut perkataan ulama-ulama tersebut.[6]
Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan, “Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah.”
Abul Qosim juga mengatakan, “Ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia.”
Jika kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.
Hudzaifah Al Mar’asiy mengatakan, “Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin.” Berkebalikan dengan riya'. Riya’ adalah amalan zhohir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.
Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas:
1. Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain.
2. Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat.
3. Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlas adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi.”
Ada empat definisi dari ikhlas yang bisa kita simpulkan dari perkataan ulama di atas.
1. Meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah.
2. Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal.
3. Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi.
4. Mengharap balasan dari amalannya di akhirat.
Nantikan pembahasan selanjutnya mengenai tanda-tanda ikhlas. Semoga Allah memudahkan dalam setiap urusan.
[1] HR. An Nasa-i no. 3178. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[2] HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Khattab.
[3] HR. Muslim no. 2985, dari Abu Hurairah.
[4] Syarh Muslim, An Nawawi, 9/370, Mawqi’ Al Islam.
[5] HR. Abu Daud no. 3644 dan Ibnu Majah no. 252, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[6] Kami ambil perkataan-perkataan ulama tersebut dari kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi, hal. 50-51, Maktabah Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H.

http://www.rumaysho.com/arsip-artikel.html

Selasa, 16 Oktober 2012

kisah Ja’far bin Abu Tholib Ja’far bin Abu Tholib

 Abul Masakin (bapaknya orang miskin) . Mengenai tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Nama lengkap beliau adalah Ja’far bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim. Nama panggilannya Abul Masakin (bapaknya orang miskin). Gelarnya Dzul Janahin (yang punya dua sayap) dan Ja’far at-Thoyyar (Ja’far sang penerbang). Ibunya fatimah binti Asad. Beliau adalah anak dari paman Rasulullah, Abu Tholib. . Menikah dengan Asma’ binti ‘Amis. Selama menikah dengannya, beliau dikarunia 3 anak; Abdullah, Muhammad dan ‘Aun. Beliau lebih tua dua puluh tahun dari saudaranya, Ali bin Abu Tholib. Wafat pada tahun tujuh Hijriah sebagai syahid pada perang Muktah. Mengenai sejarah masuknya Islam, beliau termasuk golongan orang-orang pertama yang masuk Islam. Pada waktu terjadi peristiwa hijrah, beliau ikut berhijrah ke Habasyah (sekarang Ethopia) dua kali; pertama dan kedua. Sesampainya di Habasyah, beliau yang menjadi juru bicara dengan Najasyi, raja Habaysh, atas nama umat Islam yang berhijrah ke negaranya itu. Ketika ditanya mengenai agama yang dibawanya, beliau menjawab; “Wahai raja, kami dulu adalah bangsa jahiliyah. Menyembah patung, memakan bangkai, berbuat maksiat, memutus hubungan saudara, tidak berbuat baik dengan tetangga, yang kuat memakan yang lemah dan seterusnya. Hukum yang berlaku ‘hukum rimba’. Itu dulu. Tapi setelah itu Allah mengutus Rasul dari bangsa kami. Kami tahu nasab (keturunan), kejujuran, amanah dan kesucian dirinya. Rasul itu mengajak kami untuk menyembah Allah dengan cara meng-esa-kan-Nya. Kami pun dengan senang hati rela melepaskan keyakinan dan sesambahan dulu seperti yang disembah nenek moyang kami. Yaitu batu dan patung. Beliau perintahkan untuk berbicara dengan jujur, melaksanakan amanah/titipan, menyambung persaudaraan, berbuat baik pada tetangga, tidak makan barang yang haram dan darah. Begitu juga beliau melarang kami untuk berbuat maksiat, berkata bohong, makan harta anak yaitm, menuduh orang berbuat zina. Kami diperintahkan hanya untuk menyembah Allah, tiada tuhan selain-Nya, melaksanakan sholat, membayar zakat, berpuasa. Kami meyakini dan membenarkan ajaran yang dibawanya. Setelah itu kami pun menyembah Allah yang Esa tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Kami haramkan hal-hal yang diharamkan dan kami halalkan hal-hal yang dihalalkan untuk kami. Kemudian kaum kami (yang tidak yakin dengan ajaran itu) memusuhi kami. Mereka pun tidak segan-segan menyiksa kami dan memfitnah agama kami agar kami kembali ke agama nenek moyang; menyembah berhala. Dan juga menyuruh kami untuk berbuat maksiat. Ketika mereka paksa kami, menyiksa kami, mendholimi kami dan mencerai-beraikan sesama kami, kami memutuskan untuk keluar ke negerimu. Dan kami pilih kamu bukan lainnya. Kami ingin menjadi tetanggamu. Wahai raja, kami harap kamu tidak berbuat aniaya terhadap kami. Setelah itu, beliau membaca surah Maryam tanpa membuka mushaf. Mendengar bacaan ayat al-Qur’an, surah Maryam itu, sang raja menangis. Begitu juga para uskup dan pendetanya. Sang raja berkata; “Inilah (ajaran Islam) dan risalah yang dibawa Isa as. untuk diamalkan yang berasal dari satu pelita.” Pada waktu terjadi perang Khoibar, tahun tujuh Hijriah, beliau datang menghadap Rasulullah. Rasulullah berkata; “Saya tidak tahu mana yang membuatku bahagia; kedatangan Ja’far atau kemenangan perang Khoibar.” Pribadinya sangat cinta dan sayang terhadap kaum miskin. Bahkan tidak segan-segan beliau mau duduk dan berbicara dengan mereka. Sehingga dirinya merasakan betul penderitaan yang dialami mereka. Seakan-akan enggan jauh dari mereka. Sebab inilah Rasulullah menjuluki Abul Masakin (bapaknya orang miskin). Rasulullah pernah menjadikan beliau sebagai panglima perang kedua pada waktu perang Muktah. Beliau terbunuh. Kemudian digantikan oleh Ja’far. Ja’far pun terluka parah di tangan kanannya. Hingga dipotong. Tangan kirinya juga terluka parah. Akhirnya dipotong juga. Bendera Rasul kemudian diapit di dadanya hingga akhirnya terbunuh sebagai syahid. Sebelum mendengar berita terbunuhnya, Rasulullah sudah mendapatkan firasat. Mengenai pribadinya, Rasulullah berkata; “Saya masuk ke surga. saya melihat Ja’far terbang bersama para malaikat. Kedua sayapnya berlumuran darah.” Setelah itu Rasulullah mengkabarkan bahwa Allah telah mengantikan dengan dua sayap lain dan terbang dengan keduanya di surga. Sebab inilah beliau digelari “Syahid at-Thayyar” (sang syahid yang terbang). Semasa hidupnya, Umar bin Khottob kalau berjumpa dengan Abdullah bin Ja’far berucap; “Assalamulaika..wahai putra bersayap dua.”

Dikutip Dari: http://www.2lisan.com/agama/sahabat-agama/jafar-bin-abu-tholib/